Sabtu, 11 Juni 2011

Perang Khandaq

Share :

Menurut pendapat jumhur Ulama, perang Khandaq terjadi pada bulan Syawwal tahun lima hijriyah dan sebagian Ulama yang lain menyebutkan bahwa peperangan ini berkecamuk pada bulan Syawal tahun keempat hijriyah. Al-Baihaqi memandang bahwa pada dasarnya kedua pendapat ini tidak beda. Karena yang berpendapat perang ini terjadi pada tahun ke-4 maksudnya empat tahun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah dan sebelum tahun ke-5 berakhir. [1]

Pemicu perang [2]:

Pemicu perang Khandaq ini adalah dendam lama orang-orang Yahudi yang diusir oleh Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Madinah dalam perang Bani Nadhir. Mereka diusir karena mereka mengkhianati perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sejumlah tokoh Yahudi Bani Nadhri dan Bani Wa’il seperti Sallam bin abil Huqaiq, Huyyai bin Akhtab, Kinanah bin Abil Huqaiq, Hauzah bin Qais al-Wa’iliy dan Abu Ummar al-Wa’iliy berangkat ke Mekah untuk mengajak kaum musyrikin Quraisy memerangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka berjanji, “Kami akan bersama kalian berperang sampai berhasil menghancurkan kaum Muslimin”.

Mereka juga meyakinkan kaum Quraisy dengan mengatakan, “Agama kalian itu lebih baik daripada agama Muhammad”. Tentang orang-orang inilah, Allah ‘Azza Wa Jalla turunkan firman-Nya yang artinya:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari kitab, mereka mengimani sesembahan selain Allah dan thagut, serta mengatakan kepada orang kafir (musyrik Mekah) bahwa jalan mereka lebih benar dari pada orang-orang beriman. (QS. An-Nisa/4:51)

Setelah sepakat dengan kaum Quraisy, tokoh Yahudi ini mendatangi suku Gathafan. Dalam pertemuan dengan tokoh Gathafan mereka mencapai dua kesepakatan:

Suku Gathafan bersedia mengirim pasukan sebanyak-banyaknya untuk bergabung dengan pasukan sekutu menyerang kaum Muslimin.
Sebagai imbalannya, kaum Yahudi akan menyerahkan hasil panen Khaibar kepada suku Gathafan selama setahun penuh.

Kekuatan pasukan

Berkat kegigihan para tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Wa’il menggalang dukungan, akhirnya sebuah pasukan sekutu berkekuatan sangat besar pun terbentuk. Ibnu Ishaq [3] menyebutkan bahwa jumlah pasukan sekutu adalah sepuluh ribu pasukan yang terdiri dari kaum musyrik Quraisy, wabilah Gathafan beserta qabilah-qabilah yang ikut bergabung bersama mereka. Oleh karena pasukan orang-orang kafir ini terdiri dari berbagai kelompok, maka peperangan ini disebut juga dengan perah Ahzab (beberapa kelompok). Komando tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan.

Sementara pasukan kaum Muslimin hanya berjumlah tiga ribu saja dan bisa jadi jumlah musuh melebihi jumlah seluruh penduduk Madinah kala itu. [4]

Persiapan kaum muslimin di madinah

Ketika berita persekongkolan dan rencana busuk orang-orang kafir ini sampai ke Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung meresponnya dengan melakukan persiapan. Diantara persiapan itu adalah:

MusyawarahDiantara kebiasaan Rasulullah adalah mengajak para Sahabat beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bermusyawarah tentang hal-hal yang tidak ada wahyu dari Allah, baik berkaitan dengan peperangan atau yang semisalnya. [5]

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta pendapat para sahabat tentang strategi dalam perang ini. Salah seorang Sahabat yang bernama Salman al-Farisi mengusulkan agar kaum Muslimin menggali khandaq (parit) di sebelah utara Madinah yang merupakan satu-satunya jalan terbuka yang bisa dilewati musuh apabila ingin memasuki kota Madinah [6]. Ide brilian Salam RadhiyahAllahu ‘Anhu ini disetujui oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para Sahabat lainnya. Setelah mencapai kata mufakat, akhirnya penggalian khandaq (parit) pun dimulai. Inilah penggalian parit pertama dalam sejarah Arab.
Menggali ParitSetelah sepakat untuk menggali parit sesuai usulan Salman al-Farisi, kaum Muslimin pun bergegas untuk melaksanakannya. Parit yang diharapkan bisa memisahkan kaum Muslimin dengan musuh ini terus dikebut pengerjaannya supaya bisa selesai sebelum musuh datang ke Madinah. Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat tentang waktu yang dibutuhkan untuk pengga parit ini, beriksar antara enam sampai dua puluh empat hari. [7]

Para Sahabat sangat bersemangat dan antusias menggali parti karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga ikut bersama mereka dan tidak jarang mereka meminta bantuan Rasulullah untuk memecahkan batu-batu besar yang tidak sanggup mereka pecahkan. Untuk memompa semangat para Sahabat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkali-kali melantunkan syair yang kemudian di jawab oleh para Sahabat. Seorang Sahabat al-Barra bin Azib bercerita, “Pada waktu perang Ahzab atau Khandaq, aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat tanah parit, sehingga debu-debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku. Saat itu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu Rawahah, sambil mengangkat tanah beliau bersenandung:

Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh.

Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.

Beliau menyenandungkan bait-bait itu sambil mengeraskan suara diakhir”. [8]

Mendengar Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melantunkan bait syair, para Sahabatpun tidak mau tertinggal. Mereka mengatakan:

Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setiap kepada Islam selama kami masih hidup

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah dengan doa:

Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat maka berikanlah berkah kepada kaum Anshar dan Muhajirin [9]

Demikianlah semangat kaum Muslimin ketika menggali parit yang bisa diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat untuk ukuran saat itu, dengan berbagai kendala seperti kekurangan peralatan, kurang makanan, cuaca Madinah yang sangat dingin ditambah lagi dengan sikap orang-orang munafiq yang terus berusaha mengikis semangat para Sahabat [10]. Meski demikian, semangat yang didasari iman yang kuat membuat mereka tidak pernah surut membela agama Allah dan Rasul-Nya.

Pasca penggalian parit Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan agar para wanita dan anak kecil ditempatkan di salah satu benteng terkuat di Madinah milik Bani Haritsah [11] dan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjuk Abdullah bin Ummi Maktum RadhiyahAllahu ‘Anhu untuk menggantikannya di Madinah selama peperangan.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mulai menyusun strategi untuk menghadapi musuh. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh para Sahabat untuk membelakangi gunung Sila’, menghadap khandaq yang sekaligus sebagai penghalang mereka dari pasukan sekutu [12].

Pelarajaran dari kisah

Ketauladan dan contoh yang baik dari seorang pemimpin sangat mempengaruhi pengikutnya. Sebagaimana para Sahabat yang terus semangat menggali parit bersama Rasulullah meski mereka sangat lapar.
Disyariatkan untuk musyawarah demi mencari ide terbaik dalam perkara penting yang tidak ada nashnya dari wahyu.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIV/1432H/2011M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]

Foot Note:

As-Siratun Nabawiyah, Ibnu Katsir, 3/180
Sumber yang sama dengan yang sebelumnya
As-Siratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashadiril Ashliyyah, hlm. 445
Ar-Rahiqul Makhtum, hlm. 303
As-Siyasah as-Syar’iyyah tentang pembahasan musyawarah
Madinah ibarat sebuah benteng yang tertutup dan dikelilingi oleh bangunan, perkebunan, dan tanah bebatuan yang sulit dilewati hewan tunggangan atau manusia sekalipun (as-Siratun Nabawiyah as-shahihah, al-Umari, hlm. 420, lihat juga Thabaqat al-Qubra oleh Ibnu Sa’ad:/66-67
As-Siratun Nabawiyah fil Dhau’il Mashadiril Ashliyyah, hlm. 447
Fathul Bari, (Ta’liq Syaikh Bin Baz, Bab Ghazwatil Khandaq:(6/46) dan Shahih Muslim, Bab Ghazwatul Ahzab, 5/187
Fathul Bari (Ta’liq Syaikh Bin Baz, Bab Ghazwatil Khandaq:(6/46)
Sikap kaum munafiq ini diceritakan oleh Allah di Sembilan ayat pada QS. Al-Ahzab/33:11-20
As-Siratun Nabawiyah, Ibnu Katsir, 3/1197, Zadul Ma’ad, 3/240
lihat Rujukan yang sama

Source: http://islam-download.net/artikel.islami/sirah-nabawiyyah/perang-khandaq.html#ixzz1P2FaCzDT
http://islam-download.net

---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...